Selasa, 16 September 2008

Apakah Kamma Itu?


Kamma adalah suatu hukum alam impersonal yang bekerja sesuai dengan tindakan kita. Kamma adalah hukum tersendiri dan tidak ada pemberi hukum. Kamma bekerja dengan sendirinya tanpa campur tangan sosok pengatur eksternal.

Kamma dapat dibilang dalam bahasa anak-anak yang sederhana: berbuatlah baik dan kebaikan akan datang kepadamu, sekarang dan sesudahnya. Berbuatlah jahat dan kejahatan akan datang kepadamu, sekarang dan sesudahnya.

Dalam bahasa penuai, Kamma dapat dijelaskan dengan cara ini: jika kamu menabur benih yang baik, kamu akan menuai panen yang baik. Jika kamu menabur benih yang buruk, kamu akan menuai panen yang buruk.

Dalam bahasa ilmu pengetahuan, Kamma disebut hukum sebab-akibat: setiap sebab mempunyai akibat. Nama lain untuk hal ini adalah hukum kausal moral. Kausal moral bekerja dalam bidang sama seperti hukum fisika tentang aksi dan reaksi bekerja dalam bidang fisika.

Dalam Dhammapada, kamma dijelaskan dengan cara ini: "Pikiran adalah pelopor segala kebaikan dan kejahatan. Jika engkau berbicara atau bertindak dengan pikiran yang buruk, maka ketidakbahagiaan mengikutimu seperti roda pedati mengikuti kuku sapi. Jika engkau berbicara atau bertindak dengan pikiran yang baik, maka kebahagian mengikutimu seperti bayang-bayang yang tak pernah meninggalkanmu."

Kamma adalah aksi. Dalam diri makhluk hidup ada kekuatan atau tenaga yang diberi nama yang berbeda-beda seperti naluri, kesadaran, dan lain-lain. Kecenderungan bawaan ini memaksa setiap makhluk hidup untuk bergerak. Seseorang bergerak secara mental atau fisik. Geraknya merupakan aksi. Pengulangan aksi menjadikan kebiasaan dan kebiasaan akan menjadi watak. Dalam ajaran Buddha, proses ini disebut kamma.

Dalam pengertian akhir, kamma berarti aksi mental atau kehendak. "Kehendak itulah yang Kusebut sebagai kamma," kata Sang Buddha. Jadi kamma bukanlah suatu wujud melainkan suatu proses, aksi, energi, dan daya. Sebagian orang menafsirkan kekuatan ini sebagai 'aksi-pengaruh'. Perbuatan kita sendirilah yang bereaksi pada diri kita. Sakit dan kebahagiaan yang dialami manusia merupakan hasil pikiran, perbuatan, dan ucapan kita menghasilkan kesuksesan dan kegagalan kita, kebahagiaan dan kesengsaraan kita.

kamma adalah suatu hukum alam impersonal yang bekerja secara ketat sesuai dengan tindakan kita. Kamma adalah hukum tersendiri dan tidak ada pemberi hukum. Kamma bekerja dengan sendirinya tanpa campur tangan sosok pengatur eksternal. Karena tidak ada sosok tersembunyi yang mengarahkan atau mengatur imbalan dan hukuman, umat Buddha tidak bergantung pada doa kepada kekuatan ilahi untuk mempengaruhi hasil kamma. Menurut Sang Buddha, kamma bukan ditakdirkan atau ditentukan pada kita oleh suatu kekuasaan atau kekuatan misterius di mana kita harus berpasrah diri tanpa daya.

Umat Buddha percaya bahwa seseorang akan menuai apa yang sudah ia tabur; kita saat ini adalah hasil dari diri kita pada masa sebelumnya, dan kita nanti akan menjadi hasil diri kita saat ini. Dengan kata lain, kita tidaklah mutlak tetap seperti diri kita sebelumnya, dan kita tidak akan terus menjadi seperti diri kita sekarang. Ini berarti bahwa kamma bukanlah ketentuan mutlak. Sang Buddha menunjukkan bahwa jika semuanya sudah ditetapkan dan ditentukan, maka tidak akan ada kehendak bebas dan tidak akan ada kehidupan moral atau spiritual. Kita akan semata-mata menjadi budak masa lalu kita. Sebaliknya, jika semuanya tidak diterapkan, maka tidak akan ada pengembangan moral dan pertumbuhan spiritual. Sang Buddha kembali menyatakan kebenaran Jalan Tengah bahwa kamma bukan untuk dipahami sebagai ketentuan kaku maupun ketidak-tentuan baku melainkan sebagai suatu interaksi dari keduanya.

Kesalahpemahaman Mengenai Kamma

Kesalahpemahaman atau pandangan irasional tentang kamma disebutkan dalam Anguttara Nikaya yang menyatakan bahwa orang bijak akan menyelidiki dan meninggalkan pandangan-pandangan berikut ini:
  • Kepercayaan bahwa segala sesuatu merupakan hasil dari perbuatan pada kehidupan sebelumnya.
  • Kepercayaan bahwa segala sesuatu merupakan hasil penciptaan oleh suatu pencipta tertinggi.
  • Kepercayaan bahwa segala sesuatu timbul tanpa alasan atau sebab.

Jika seseorang menjadi seorang pembunuh, pencuri, atau pelacur, dan jika perbuatannya disebabkan tindakannya pada masa lalu, atau disebabkan oleh kuasa makhluk tertinggi, atau jika semata-mata terjadi karena kebetulan, maka orang ini tidak bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan jahatnya karena segala sesuatu sudah ditentukan sebelumnya.

Kesalahpemahaman lain tentang kamma adalah bahwa kamma bekerja hanya bagi orang tertentu sesuai dengan imannya; tetapi nasib seseorang dalam kehidupan berikutnya tidak tergantung sedikit pun pada agama tertentu yang ia pilih. Apa pun agamanya, nasib seseorang tergantung sepenuhnya pada perbuatannya yang dilakukan oleh tubuh, ucapan, dan pikiran. Tak peduli label agama apa pun yang dianut, ia akan mengalami dunia yang bahagia dalam kehidupan berikutnya selama ia melakukan perbuatan baik dan menjalankan hidup yang tak tercela. Seseorang akan terlahir untuk menjalani hidup yang malang jika ia melakukan kejahatan dan berpikiran jahat. Karena itu, umat Buddha tidak menyatakan bahwa mereka adalah satu-satunya orang yang diberkati yang dapat pergi ke surga setelah kematiannya. Apa pun agama yang dianut atau tanpa label agama sekalipun, pikiran kamma manusia sajalah yang menentukan takdirnya, baik dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan berikutnya. Ajaran kamma tidak mengajarkan adanya pengadilan pasca-kematian. Sang Buddha tidak mengajarkan hukum kamma ini untuk melindungi orang kaya dan mengenakkan orang miskin dengan menjanjikan kebahagiaan ilusi di kehidupan sesudahnya.

Menurut ajaran Buddha, kamma menjelaskan ketidaksetaraan yang ada di antara umat manusia. Ketidaksetaraan ini terjadi bukan hanya dari keturunan, lingkungan, dan alam, tapi juga karena kamma atau hasil perbuatan kita sendiri. Memang kamma adalah salah satu faktor yang bertanggung jawab atas kesuksesan dan kegagalan hidup kita.

Karena kamma adalah kekuatan yang tak tampak, kita tidak dapat melihatnya bekerja dengan kasat mata. Untuk memahami bagaimana kamma bekerja, kita dapat membandingkannya dengan benih: hasil kamma tersimpan dalam pikiran bawahsadar seperti halnya daun, bunga, buah, dan batang pohon tersimpan dalam benihnya. Dalam kondisi yang sesuai, buah kamma akan dihasilkan seperti halnya dengan kelembaban dan cahaya, daun dan batang pohon akan tumbuh dari benihnya yang kecil. Rasa buahnya juga ikut terbawa sama seperti energi kamma menciptakan akibat.

Kerja dari kamma dapat juga dibandingkan dengan rekening bank: seseorang yang bajik, murah hati, dan penuh kebaikkan dalam hidupnya saat ini seperti seseorang yang menambah rekening 'kamma baik'-nya. Akumulasi kamma baik ini dapat digunakan untuk menjamin hidup yang bebas dari masalah. Namun demikian, ia harus menggantikan apa yang ia ambil, jika tidak, suatu hari rekeningnya akan berkurang dan ia akan bangkrut. Jadi siapa yang dapat ia salahkan untuk keadaannya yang sengsara? Ia tidak dapat menyalahkan orang lain atau nasib. Ia sendiri yang bertanggung jawab. Jadi seorang umat Buddha yang baik tidak akan menjadi seorang pelarian namun harus menghadapi hidup sebagaimana adanya dan tidak dikendalikan dengan berdiam diri. Berbagai aktivitas untuk kebaikan sangat diperlukan demi kebahagiaan seorang itu sendiri. Pelarian adalah sumber kelemahan, dan seorang pelarian tidak akan dapat lari dari efek hukum kamma.

Sang Buddha berkata, "Tidak ada tempat sembunyi untuk melarikan diri dari hasil kamma." (Dhammapada 127)

Pengalaman Kita Sendiri

Memahami hukum kamma berarti menyadari bahwa kita sendiri bertanggung jawab atas kebahagiaan dan kesengsaraan kita sendiri. Kita adalah arsitek kamma kita. Ajaran Buddha menjelaskan bahwa kita memiliki segala kemungkinan untuk membentuk kamma kita sendiri dan menentukan arah hidup kita. Sebaliknya, kita bukanlah tahanan dari perbuatan kita sendiri; kita bukan budak kamma kita. Kita bukan juga semata-mata mesin yang secara otomatis menghasilkan kekuatan naluriah yang memperbudak kita. Kita bukan pula kita semata-mata produk alam. Kita memiliki kekuatan dan kemampuan dalam diri kita sendiri untuk mengubah kamma kita. Pikiran kita lebih kuat daripada kamma kita, sehingga dengan demikian hukum kamma dapat dibuat untuk melayani kita. Kita tidak harus menyerahkan harapan dan usaha kita untuk berpasrah diri pada kekuatan kamma kita. Untuk menghentikan reaksi kamma buruk kita yang telah terkumpul sebelumnya, kita harus melakukan lebih banyak perbuatan baik dan memurnikan pikiran, bukannya fisik kita untuk mengatasi efek perbuatan jahatnya jika ia bertindak dengan bijaksana dengan menjalani suatu kehidupan mulia.

Kita harus menggunakan kemampuan yang dianugerahkan kepada kita untuk mengembangkan kesempurnaan kita. Kartu dalam permainan kehidupan ada dalam diri kita. Kita tidak memilihnya. Mereka adalah jejak kamma masa lalu kita; tetapi kita dapat memilih apa yang kita sukai, melakukan apa yang sesuai untuk kita dan setelah kita bermain, menang atau kalah, tergantung pada keterampilan kita.

Kamma berkaitan dengan perbuatan manusia. Perbuatan ini juga menciptakan hasil lain. Tetapi setiap dan semua perbuatan yang dilakukan tanpa niat tujuan apa pun tidak dapat menjadi kusala-kamma (perbuatan baik) atau akusala-kamma (perbuatan buruk). Itulah sebabnya Sang Buddha mengartikan kamma sebagai perbuatan dengan kehendak. Berarti, perbuatan baik dan buruk apa pun yang kita lakukan tanpa niat tujuan apa pun, tidak cukup kuat untuk dibawa ke kehidupan kita yang akan datang. Namun demikian, ketidaktahuan akan sifat efek baik dan buruk kamma bukanlah alasan untuk membenarkan atau menghindari hasil kamma jika hal itu dilakukan secara sengaja. Seorang anak kecil atau seorang yang tidak tahu dapat melakukan banyak perbuatan merugikan. Jika anak itu menyentuh batang besi yang membara, unsur panas tidak akan menyelamatkan anak itu. Energi kamma juga bekerja dengan cara yang persis sama. Energi kamma tidak mendua; seperti gaya gravitasi yang adil.

Perubahan radikal dalam sifat Angulimala dan Asoka menggambarkan potensi manusia untuk mengendalikan kekuatan kamma.

Angulimala adalah perampok jalanan yang membunuh nyaris seribu orang. Dapatkah kita menghakiminya lewat perbuatan eksternalnya? Karena dalam masa hidupnya, dengan upaya sendiri, ia menjadi seorang Arahat dan dengan demikian menghapuskan perbuatan salah masa lalunya.

Asoka, Kaisar India, membunuh beribu-ribu orang untuk berperang dan memperluas kerajaannya. Namun setelah memenangkan pertempuran, ia sepenuhnya mengubah dirinya sendiri dan karirnya menjadi sejauh ini, "Di antara puluhan ribu nama-nama kerajaan yang memenuhi kolom sejarah, para raja dan bangsawan dan semacamnya, nama Asoka bersinar dan bersinar sendirian, sebagai sebuah bintang," kata sejarawan dunia, H.G. Wells.

Faktor Lain Yang Mendukung Kamma

Walaupun ajaran Buddha berkata bahwa seseorang akhirnya dapat mengendalikan kekuatan kamma-nya, ajaran Buddha tidak menyatakan bahwa semuanya terjadi karena kamma. Ajaran Buddha tidak mengabaikan peran yang dimainkan oleh kekuatan alam lainnya. Menurut ajaran Buddha, ada lima kaidah atau proses hukum alam (niyama) yang bekerja dalam dunia fisik dan mental:
  • Utu niyama (hukum musiman) yang berkaitan dengan asa anorganik fisik, misalnya fenomena musiman dari angin dan hujan, dan sebagainya.
  • Bija niyama (hukum biologi) yang berkaitan dengan asas benih dan biji.
  • kamma niyama (hukum kamma) yang berkaitan dengan kausal moral atau asas sebab dan akibat.
  • Dhamma niyama (fenomena alam) yang berkaitan dengan daya listrik, gerakan gelombang, dan sebagainya.
  • Citta niyama (hukum psikologis) yang mengatur proses kesadaran.

Jadi kamma dianggap hanya sebagai salah satu dari lima hukum alam yang menerangkan keragaman di dunia ini.

Dapatkah kamma Diubah?

Kamma sering dipengaruhi oleh keadaan: kekuatan menguntungkan dan merugikan yang bekerja untuk menghambat dan mendorong hukum yang bekerja dengan sendirinya ini. Kekuatan lain yang membantu atau menghalangi kamma adalah kelahiran, penampakan, waktu atau kondisi, dan usaha.

Kelahiran yang menguntungkan (gati sampatti) atau kelahiran yang tidak menguntungkan (gati vipatti) dapat mengembangkan atau mencegah matangnya kamma. Sebagai contoh, jika seseorang terlahir dalam keluarga mulia atau dalam keadaan bahagia, kelahirannya yang menguntungkan akan memudahkan kamma baiknya bekerja. Seseorang yang tidak pandai, yang oleh karena suatu kamma baik, terlahir dalam keluarga bangsawan, karena keturunan mulianya, akan dihormati oleh orang-orang. Jika orang yang sama terlahir secara kurang menguntungkan, ia tidak akan bernasib sama.

Penampakan baik (upadhi sampatti) dan penampakan buruk (upadhi vipatti) adalah dua faktor lain yang menghambat atau mendorong kerja kamma. Jika karena suatu kamma baik, seseorang memiliki kelahiran yang baik, tetapi terlahir cacat oleh suatu kamma buruk, maka ia tidak akan dapat sepenuhnya menikmati manfaat kamma baiknya. Bahkan seorang pewaris tahta yang sah mungkin tidak akan diangkat ke posisi yang tinggi itu jika ia menderita cacat fisik atau mental. Kecantikan, di lain pihak, akan menjadi modal bagi pemiliknya. Anak yang tampan dari orang tua miskin dapat menarik perhatian orang lain dan mampu menonjolkan dirinya. Juga, kita dapat menemukan kasus orang dari latar belakang keluarga miskin dan tidak terkenal yang tumbuh menjadi populer seperti aktor atau aktris film atau ratu kecantikan.

Waktu dan tempat adalah faktor lain yang mempengaruhi bekerjanya kamma. Pada masa kelaparan atau pada masa perang, semua orang tanpa kecuali dipaksa untuk menderita nasib yang sama. Di sini kondisi yang kurang menguntungkan membuka kemungkinan kamma buruk bekerja. Kondisi yang menguntungkan, sebaliknya, akan mencegah bekerjanya kamma buruk.

Usaha atau kepandaian barangkali merupakan faktor terpenting dari semua faktor yang mempengaruhi bekerjanya kamma. Tanpa usaha, kemajuan duniawi dan spiritual tidak mungkin terjadi. Jika kita tidak berusaha untuk menyembuhkan penyakit kita, atau menyelamatkan diri kita sendiri dari kesulitan, atau berjuang dengan tekun untuk kemajuan, maka kamma buruk akan menemukan kesempatan yang cocok untuk mewujudkan efeknya. Bagaimanapun, jika kita berikhtiar untuk mengatasi kesulitan dan masalah, kamma baik kita akan datang menolong. Ketika kapal pecah di lautan dalam, Sang Bodhisatta, dalam salah satu kelahirannya, berusaha untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan ibunya yang sudah tua, sementara orang-orang lain berdoa kepada dewa dan menyerahkan nasib di tangan dewa. Hasilnya adalah Sang Bodhisatta selamat sementara yang lainnya tenggelam.

Jadi kerja kamma ditunjang atau dihalangi oleh kelahiran, kecantikan dan keburukan, waktu dan tempat, dan usaha pribadi atau kepandaian. Bagaimanapun, manusia dapat mengatasi efek langsung kamma dengan melakukan metode tertentu, tetapi mereka tidak terbebas sepenuhnya dari efek kamma semacam itu jika mereka tetap berada dalam Samsara-siklus kelahiran dan kematian. Kapan pun kesempatan muncul, efek kamma yang tertahan sementara, akan bekerja kembali. Ini adalah ketidakpastian kehidupan duniawi. Bahkan Sang Buddha dan Arahat juga dipengaruhi oleh kamma tertentu, walaupun mereka berada dalam kelahiran terakhir mereka.

Faktor waktu adalah aspek penting lainnya dari energi kamma bagi orang untuk mengalami efek baik dan buruk dari perbuatan sebelumnya. Orang mengalami efek baik dan buruk dari perbuatan sebelumnya. Orang mengalami efek kamma tertentu hanya dalam masa hidup saat ini sementara efek kamma tertentu lainnya menjadi efektif segera setelah kelahiran berikutnya. Dan efek kamma lainnya mengikuti si pelaku selama mereka tetap dalam roda kehidupan sampai mereka menghentikan tumimbal lahir setelah mencapai Nibbana. Alasan perbedaan ini disebabkan oleh dorongan mental (Javana-citta) pada saat suatu pikiran muncul untuk melakukan perbuatan baik atau buruk.

Energi yang Adil

Bagi mereka yang tidak percaya bahwa ada suatu energi yang disebut sebagai kamma, sebaiknya memahami bahwa energi kamma ini bukanlah produk agama tertentu walaupun Hinduisme, ajaran Buddha, dan Jainisme mengenal dan menjelaskan sifat energi ini. Ini adalah hukum universal yang tidak memiliki label keagamaan. Semua orang yang melanggar hukum ini harus menghadapi akibatnya, tanpa memandang kepercayaan agamanya, dan mereka yang hidup sesuai dengan hukum ini akan mengalami kedamaian dan kebahagiaan dalam hidupnya. Karena itu, hukum kamma ini adil bagi setiap dan semua orang, apakah mereka mempercayainya atau tidak; apakah mereka memiliki agama atau tidak. Hal ini seperti hukum universal lainnya. kamma bukanlah milik eksklusif ajaran Buddha.

Jika kita memahami kamma sebagai suatu kekuatan atau bentuk energi, maka kita tidak dapat melihat suatu awal. Pertanyaan di manakah awal dari kamma adalah seperti pertanyaan di mana awal dari listrik. kamma, seperti listrik, tidak berawal. Kamma muncul di bawah kondisi tertentu. Secara sederhana, kita berkata bahwa asal kamma adalah kehendak namun hal ini sama sederhananya dengan berkata bahwa asal sebuah sungai adalah di puncak gunung.

Seperti gelombang samudera yang mengalir ke gelombang lainnya, satu unit kesadaran mengalir ke unit lainnya dan penggabungan satu pikiran kesadaran ke dalam lainnya disebut cara kerja kamma. Singkatnya, setiap makhluk hidup, menurut ajaran Buddha, adalah suatu arus listrik kehidupan yang bekerja pada tuas otomatis kamma. Kamma sebagai suatu bentuk energi tidak ditemukan di mana pun di iring-iringan kesadaran atau tubuh ini. Sama seperti buah mangga tidak disimpan di mana pun dalam pohon mangga tetapi, tergantung pada kondisi tertentu, buah mangga itu muncul, demikian juga kamma. Kamma itu seperti angin atau api. Ia tidak disimpan di mana pun di alam semesta, tetapi muncul pada kondisi tertentu.

Pengelompokan Kamma

Kamma dikelompokkan dalam empat cara berdasarkan:
  • Waktu munculnya akibat.
  • Fungsi-Kicca.
  • Prioritas akibat.
  • Tempat munculnya akibat.

Ada perbuatan moral dan amoral yang dapat membuahkan akibat dalam hidup saat ini juga. Hal itu disebut "Efektif Segera-Dittha Dhamma Vediniya Kamma". Jika akibat tidak muncul dalam hidup ini, disebut "Tidak Efektif-Ahosi".

Ada beberapa perbuatan yang dapat menghasilkan akibat dalam kehidupan berikutnya. Hal itu disebut "Efektif Setelahnya-Upapajja Vedaniya Kamma". Hal ini juga menjadi tidak efektif jika tidak muncul pada kelahiran kedua berikutnya.

Perbuatan-perbuatan yang dapat menghasilkan akibat pada kehidupan mana pun selama seseorang mengembara dalam Samsara, dikenal sebagai "Efektif Tak Tentu-Aparapariya Vedaniya Kamma".

Pengelompokan kamma di atas berdasarkan pada waktu munculnya akibat. Ada empat jenis kamma berdasarkan fungsi-Kicca.

Setiap kelahiran terkondisikan oleh kamma buruk dan baik masa lalu yang mendominasi pada saat kematian. Kamma yang mengkondisikan kelahiran berikutnya disebut "Reproduktif-Janaka Kamma".

Kamma lain dapat datang membantu atau mempertahankan perbuatan Kamma Reproduktif ini. Sama halnya seperti kamma ini yang cenderung untuk menunjang Kamma Reproduktif, perbuatan lain yang cenderung memperlemah, menghalangi pembuahan Kamma Reproduktif juga bisa datang. Perbuatan semacam itu berturut-turut disebut "Suportif-Upatthambhaka Kamma" dan "Obstruktif-Upapilaka Kamma".

Menurut hukum kamma, energi potensial Kamma Reproduktif dapat ditiadakan oleh kamma berlawanan yang lebih kuat dari masa lalu, yang karena sedang mencari kesempatan, dapat bekerja secara tak terduga, sama seperti suatu kekuatan berlawanan yang besar dapat menangkal anak panah yang melesat dan menghempaskannya ke tanah. Perbuatan semacam itu disebut "Destruktif-Upaghataka Kamma" yang lebih efektif dibandingkan Kamma Suportif dan Obstruktif dalam hal kamma ini bukan hanya menghambat tapi juga menghancurkan seluruh kekuatan.

Ada empat jenis kamma berdasarkan prioritas akibat. Yang pertama adalah Garuka, yang berarti berat atau serius. Kamma ini, baik atau buruk, pasti menghasilkan akibat dalam kehidupan ini atau berikutnya. Jika baik, hal itu sepenuhnya mental seperti dalam kasus Jhana-Kegembiraan. Jika tidak, hal itu berupa verbal atau tubuh. Lima jenis Kamma Berat adalah:
  • membunuh ibu;
  • membunuh ayah;
  • membunuh seorang Arahat;
  • melukai seorang Buddha; dan
  • menciptakan perpecahan dalam Sangha.

Skeptisisme Permanen-Niyata Micchaditthi juga disebut sebagai salah satu Kamma Berat. Dengan tidak adanya Kamma Berat untuk mengkondisikan kelahiran berikutnya, Kamma Menjelang Ajal-Asanna dapat bekerja. Ini adalah kamma yang diperbuat sesaat sebelum saat kematian.

Kebiasaan-Acinna Kamma adalah prioritas akibat berikutnya. Ini adalah perbuatan yang biasa dilakukan, dikumpulkan, dan sangat digemari seseorang.

Yang keempat adalah Cadangan-Katatta Kamma yang meliputi perbuatan yang tidak termasuk ketiga jenis di atas. Kamma ini ibarat dana cadangan akan hal tertentu.

Pengelompokan terakhir adalah berdasarkan tempat munculnya akibat kamma, yaitu:
  • Kamma Buruk-Akusala, yang dapat berbuah di Alam Inderawi-Kamaloka.
  • Kamma Baik-Kusala, yang dapat berbuah di Alam Inderawi.
  • Kamma Baik, yang dapat berbuah di Alam Bentuk-Rupaloka.
  • Kamma Baik, yang dapat berbuah di Alam Tanpa Bentuk-Arupaloka.

Apakah Segala Sesuatu Disebabkan Kamma?

Walaupun ajaran Buddha menunjukkan ketidaksetaraan umat manusia sebagai salah satu akibat utama di antara berbagai hal, tetapi tidak menyatakan bahwa segala hal disebabkan oleh kamma.

Jika segala sesuatu disebabkan kamma, seseorang akan selalu buruk jika kamma-nya adalah menjadi buruk. Seseorang tidak akan perlu untuk berkonsultasi ke dokter untuk diobati penyakitnya, karena jika kamma-nya sedemikian, ia akan sembuh sendiri. Tentu bukan demikian yang dimaksud.

Mengapa Orang Jahat Senang Sedangkan Orang Baik Menderita?

Beberapa orang bertanya, "Jika kebaikan mendatangkan kebaikan dan kejahatan mendatangkan kejahatan, mengapa banyak orang baik harus menderita dan banyak orang jahat makmur di dunia ini?" Jawaban atas pertanyaan ini, menurut pandangan Buddhis, adalah bahwa sekalipun beberapa orang bersifat baik, mereka belum mengumpulkan jasa baik yang cukup dalam kelahiran sebelumnya untuk mengatasi efek kamma buruk dalam kehidupan saat ini; suatu saat pada masa silam mereka pasti ada beberapa kekurangan. Di lain pihak, beberapa orang bersifat jahat, tetapi dapat menikmati hidup ini karena beberapa kamma baik yang kuat yang mereka kumpulkan dalam kelahiran sebelumnya.

Sebagai contoh, ada orang tertentu yang secara alamiah mewarisi jasmani yang kuat dan sebagai hasilnya menikmati kesehatan sempurna. Daya tahan fisik mereka kuat dan karenanya tidak rentan terhadap penyakit. Walaupun mereka tidak mengikuti aturan-aturan khusus untuk menjalankan hidup yang higienis, mereka bisa tetap kuat dan sehat. Sebaliknya, ada orang lain yang mengkonsumsi berbagai obat kuat, vitamin, makanan bergizi untuk membentengi diri mereka, tapi di balik usaha mereka untuk menjadi kuat dan sehat, kesehatan mereka tidak menunjukkan perbaikan apa pun.

Secara umum, perbuatan baik dan buruk apa pun yang dilakukan orang dalam masa kehidupan ini, mereka pasti akan mengalami reaksinya dalam kehidupan ini atau yang akan datang. Tidaklah mungkin melepaskan diri dari akibat kamma hanya dengan berdoa, melainkan hanya dengan mengembangkan pikiran dan menjalankan hidup mulia.

Hal ini tidak berarti bahwa segala sesuatu yang kita derita atau nikmati hari ini sepenuhnya disebabkan perbuatan silam kita, yang kita sebut kamma, Sang Buddha berkata bahwa jika demikian, maka tidak akan ada gunanya menjalani kehidupan moral, karena kita hanyalah korban masa silam. Umat Buddha menyatakan bahwa walaupun hidup kita sudah terkondisi pada masa lampau, sepenuhnya ada di dalam diri kita untuk mengubah kondisi itu dan menciptakan kesejahteraan kita saat ini dan masa mendatang. Umat Buddha tidak menyerah pada nasib atau fatalisme sebagai satu-satunya penjelasan terhadap kondisi manusia.

Umat Buddha didorong untuk melakukan perbuatan baik bukan demi mendapat tempat di surga. Mereka diharapkan untuk berbuat baik untuk membasmi keegoisan dan supaya mengalami kedamaian dan kebahagiaan pada saat ini. Bila saat ini secara hati-hati dikendalikan, kesejahteraan masa depan akan terjamin.

"Bagi ia yang tidak ada pantai ini atau pantai lainnya, atau tidak keduanya, ia yang bebas dari kecemasan dan tak terikat. Ialah yang Kusebut orang suci."
(Dhammapada 385)

Sumber : Sri Dhammananda

1 komentar:

ebenezeroborny mengatakan...

Pragmatic Play Casino Promo Code | JT Hub
Pragmatic Play was established in 2015 to 안양 출장샵 provide a seamless experience for the players of 의정부 출장샵 Pragmatic Play casinos. As such, you 계룡 출장마사지 can expect 순천 출장샵 to receive 평택 출장마사지