Rabu, 10 September 2008

Empat Kebenaran Ariya


Mengapa kita ada disini? Mengapa kita tidak bahagia dengan hidup kita? Apakah penyebab ketidakpuasan kita? Bagaimana kita dapat melihat akhir ketidakpuasan dan mengalami kedamaian abadi?

Ajaran Buddha didasarkan pada Empat Kebenaran Ariya. Menyadari kebenaran ini adalah menyadari dan menembus ke dalam sifat sejati keberadaan, termasuk pengetahuan penuh akan diri sendiri. Jika kita mengenali bahwa semua benda fenomena itu bersifat fana, tidak memuaskan, dan tidak mengandung kenyataan inti apa pun, kita akan yakin bahwa kebahagiaan sejati dan abadi tidak dapat ditemukan dalam kepemilikan materi dan pencapaian duniawi, bahwa kebahagiaan sejati harus dicari hanya melalui pemurnian mental dan pengembangan kebijaksanaan.

Empat Kebenaran Ariya merupakan aspek yang sangat penting dari ajaran Buddha. Sang Buddha telah berkata bahwa karena kita tidak memahami Empat Kebenaran Ariya, maka kita terus-menerus mengitari siklus kelahiran dan kematian. Pada ceramah pertama Sang Buddha, Dhammacakka Sutta, yang Ia sampaikan kepada lima orang bhikkhu di Taman Rusa di Sarnath adalah mengenai Empat Kebenaran Ariya dan Jalan Ariya Beruas Delapan. Apakah Empat Kebenaran Ariya itu? Hal itu adalah:

  1. Kebenaran Ariya tentang Dhukkha;
  2. Kebenaran Ariya tentang Sebab dari Dukkha;
  3. Kebenaran Ariya tentang Berakhirnya Dukkha;
  4. Kebenaran Ariya tentang Jalan Menuju Berakhirnya Dukkha.

Ada banyak cara pemahaman kata Pali 'Dukkha'. Secara umum kata ini diterjemahkan sebagai 'penderitaan' atau 'ketidakpuasan', tapi istilah seperti yang digunakan dalam Empat Kebenaran Ariya ini memiliki arti yang lebih dalam dan luas. Dukkha tidak hanya mengandung arti biasa dari penderitaan, tetapi juga mencakup hal yang lebih dalam seperti ketidaksempurnaan, sakit, ketidakabadian, ketidaklarasan, ketidaknyamanan, gangguan, atau kesadaran akan ketidaklengkapan dan ketidakcukupan. Tentu saja, Dukkha mencakup penderitaan fisik dan mental: kelahiran, peruraian, penyakit, kematian, berkumpul dengan yang tidak menyenangkan, berpisah dari yang menyenangkan, tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Bagaimanapun, banyak orang tidak menyadari bahwa bahkan selama saat-saat ini adalah tidak permanen dan akan berlalu jika kondisinya berubah. Dengan demikian kebahagian dan kesedihan kita, di setiap aspek kehidupan kita. Sepanjang hidup kita, kita mengalami kebenaran ini dengan sangat jelas.

Sebagian besar orang mungkin memiliki kesan bahwa memandang hidup dalam istilah Dukkha adalah suatu cara pandang hidup yang cenderung pesimistis. Hal ini bukanlah pesimistis tetapi suatu cara pandang hidup yang realistis. Jika seseorang menderita suatu penyakit dan menolak untuk menerima kenyataan bahwa orang itu sakit, dan sebagai hasilnya menolak mencari pengobatan, tentu kita akan menganggap sikap mental semacam itu sebagai optimistis, tetapi semata-mata bertindak tolol. Karena itu, dengan menjadi optimistis maupun pesimistis, seseorang tidak benar-benar memahami sifat kehidupan, dan karenanya tidak mampu mengatasi masalah kehidupan dengan cara pandang yang benar. Keempat Kebenaran Ariya dimulai dengan pengenalan Dukkha dan kemudian dilanjutkan dengan menganalisis penyebabnya dan menemukan pengobatannya. Jika Sang Buddha berhenti pada Kebenaran tentang Dukkha, maka situasi manusia jadi tanpa harapan. Bagaimanapun, bukan hanya kebenaran tentang Dukkha yang diungkapkan, Sang Buddha lebih lanjut menganalisis penyebabnya dan cara menyembuhkannya. Bagaimana mungkin ajaran Buddha dianggap sebagai pesimistis padahal menawarkan penyembuhan masalah itu? Pada kenyataannya, ajaran Buddha merupakan ajaran yang penuh dengan harapan.

Sebagai tambahan, walaupun Dukkha adalah Kebenaran Ariya, tidak berarti bahwa tidak ada kesenangan, kegembiraan, dan kebahagiaan dalam kehidupan. Hal ini ada, dan Sang Buddha mengajarkan berbagai metode agar kita dapat memperoleh lebih banyak kebahagiaan dalam kehidupan kita sehari-hari. Bagaimanapun, dalam analisis akhir, kenyataannya tetap bahwa kesenangan dan kebahagiaan yang kita alami dalam hidup tidaklah abadi. Kita mungkin menikmati situasi yang bahagia, atau ditemani seseorang yang kita cintai, atau kita menikmati masa muda dan kesehatan. Cepat atau lambat, ketika keadaan ini berubah kita mengalami penderitaan. Karena itu, saat merasa gembira ketika seseorang mengalami kebahagiaan, orang sebaiknya tidak melekat pada keadaan bahagia ini, kalau tidak ingin tergusur dan melalaikan upaya menuju kebebasan sempurna.

Jika kita berharap menyembuhkan diri kita dari penderitaan, pertama kali kita harus mengidentifikasi penyebabnya. Menurut Sang Buddha, nafsu atau keinginan inderawi (tanha atau raga) merupakan penyebab penderitaan. Ini adalah Kebenaran Ariya Kedua. Orang bernafsu akan pengalaman yang menyenangkan, nafsu kan benda-benda material, nafsu akan hidup abadi, dan jika kecewa, nafsu akan kematian abadi. Mereka bukan hanya melekat pada kenikmatan inderawi, kekayaan, atau kekuasaan, tetapi juga pada gagasan, pandangan, pendapat, konsep, dan kepercayaan. Nafsu berhubungan dengan ketidaktahuan, yaitu tidak melihat sesuatu sebagaimana adanya atau tidak memahami kenyataan pengalaman dan kehidupan. Di bawah khayalan tentang 'diri' dan tidak menyadari Anatta (tiada inti diri), orang melekat pada hal-hal yang tidak abadi, dapat berubah, dapat binasa. Kegagalan untuk memuaskan keinginan seseorang melalui hal-hal ini menyebabkan kekecewaan dan penderitaan.

Bahaya Nafsu Ego

Nafsu adalah api yang berkobar dalam semua makhluk; setiap aktivitas didorong oleh nafsu. Nafsu berkisar mulai dari nafsu fisik sederhana dari binatang sampai keinginan majemuk-bahkan acapkali dirangsang secara buatan-dari manusia beradab. Untuk memuaskan nafsu, binatang saling memangsa; sedangkan manusia berkelahi, membunuh, menipu, berbohong, dan melakukan berbagai bentuk kejahatan. Nafsu adalah hasrat mental yang kuat yang ada dalam semua bentuk kehidupan dan merupakan penyebab utama penyakit kehidupan. Nafsu inilah yang mengarah pada kelahiran berulang dalam siklus kehidupan.

Sekali kita menyadari penyebab penderitaan, kita berada dalam posisi untuk mengakhiri penderitaan. Jadi, bagaimana kita mengakhiri penderitaan? Lenyapkan dari akarnya dengan menyingkirkan nafsu dalam pikiran. Ini adalah Kebenaran Ariya Ketiga. Keadaan di mana nafsu padam dinamakan Nibbana. Kata Nibbana tersusun dari 'ni' dan 'bana', yang berarti pergi dari atau berakhirnya nafsu. Ini adalah keadaan yang tidak terkena hukum lahir, tua, dan mati. Keadaan ini sangat luhur sehingga tidak ada bahasa manusia yang dapat mengekspresikannya. Nibbana Tidak Dilahirkan, Tidak Berasal, Tidak Diciptakan, Tidak Dibentuk, Jika tidak ada hal yang Tidak Dilahirkan, Tidak Berasal, Tidak Diciptakan, Tidak Dibentuk, maka tidak mungkin ada jalan keluar dari dunia yang terkondisi ini.

Nibbana berada di luar logika dan akal budi. Kita mungkin terlibat dalam diskusi yang sangat spekulatif tentang Nibbana atau kenyataan tertinggi, tetapi ini bukanlah cara untuk benar-benar memahaminya. Untuk memahami dan menyadari kebenaran Nibbana, perlu bagi kita untuk menjalankan Jalan Ariya Beruas Delapan, dan melatih dan memurnikan diri kita sendiri dengan rajin dan sabar. Melalui pengembangan dan kematangan spiritual, kita akan dapat menyadari Kebenaran Ariya Ketiga, tetapi pertama-tama kita harus mulai dengan saddha atau keyakinan bahwa Sang Buddha benar-benar sanggup menunjukkan jalan.

Jalan Ariya Beruas Delapan adalah Kebenaran Ariya Keempat yang menuju pada Nibbana. Ini adalah jalan hidup yang terdiri dari delapan faktor. Dengan menjalani Jalan ini, kita akan mencapai akhir dari penderitaan. Karena ajaran Buddha adalah ajaran yang logis dan konsisten yang mencakup setiap aspek kehidupan, Jalan Ariya ini juga berlaku sebagai tata cara terbaik menuju kehidupan yang berbahagia. Praktik dari Jalan ini membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain; dan ini bukan hanya untuk dipraktikkan oleh mereka yang menyebut diri mereka umat Buddha, tetapi oleh setiap dan semua orang yang memahaminya, tanpa memandang kepercayaan agamawinya.

Sumber : Sri Dhammananda

2 komentar:

zaramozzoe mengatakan...

Berbagi damai

thanks for your info

Visit ya >>> empat kebenaran mulia

terimakasih

Thavariya mengatakan...

Sotthi hotu

Bagi teman-teman yang ingin membaca koleksi terjemahan pembabaran Dhamma Ajahn Chah dalam bahasa Indonesia bisa ke link di bawah ini

https://thavariyasampatti.wixsite.com/ajahnchah

Anumodana