Rabu, 27 Agustus 2008

Pencapaian Ke-Buddha-an

Pencapaian ke-Buddha-an adalah tugas tersulit yang bisa seseorang capai dalam hidup.

Ke-Buddha-an bukan hanya diperuntukkan bagi orang terpilih atau untuk makhluk adialami. Semua orang dapat menjadi Buddha. Ini adalah hal yang unik karena tidak ada pendiri agama lain manapun yang pernah berkata bahwa pengikutnya dapat memiliki kesempatan atau potensi untuk mencapai posisi yang sama seperti pendirinya.

Bagaimanapun, mencapai ke-Buddha-an adalah tugas tersulit yang dapat seseorang capai di dunia ini. Seseorang harus bekerja keras dengan mengorbankan kesenangan duniawinya. Seseorang harus mengembangkan dan memurnikan pikirannya dari semua pikiran jahat untuk mencapai Pencerahannya. Akan memerlukan kelahiran yang tidak terhitung bagi seseorang untuk memurnikan dirinya sendiri dan untuk mengembangkan pikirannya umtuk menjadi seorang Buddha. Usaha keras dalam masa yang panjang diperlukan untuk menyempurnakan kualifikasi pelatihan diri ini. Kursus pelatihan diri dengan ke-Buddha-an sebagai puncaknya, meliputi disiplin diri, penahanan diri, usaha yang luar biasa, keteguhan mantap, dan kemauan untuk menjalani berbagai penderitaan demi makhluk hidup lain di dunia ini.

Hal ini jelas menunjukkan bahwa Sang Buddha tidak mencapai Pencerahan Tertinggi dengan hanya berdoa, memuja, atau membuat persembahan bagi makhluk adialami tertentu. Ia mencapai ke-Buddha-an dengan pemurnian pikiran-Nya. Ia mencapai Pencerahan Tertinggi tanpa dengan mengembangkan penglihatan-Nya sendiri. Jadi hanya orang yang memiliki keteguhan mantap dan keberanian untuk mangatasi semua rintangan, kelemahan, dan nafsu mementingkan diri sendiri, yang dapat mencapai ke-Buddha-an.

Pangeran Siddhattha tidak mencapai ke-Buddha-an dalam semalam hanya dengan duduk di bawah pohon Bodhi. Tidak ada makhluk adialami yang muncul atau mengungkapkan apapun dengan membisikkan ke telinga-Nya sementara Ia sedang bermeditasi mendalam di bawah pohon Bodhi. Di balik Pencerahan tertinggi-Nya, ada suatu sejarah panjang dari kelahiran-kelahiran sebelumnya. Banyak cerita Jataka memberitahu kita bagaimana Ia bekerja keras dengan mengorbankan hidup-Nya dalam banyak kelahiran sebelumnya untuk mencapai ke-Buddha-an. Tak seorang pun dapat mencapai ke-Buddha-an tanpa menekuni banyak kehidupan dengan melatih sepuluh kesempurnaan atau Parami. Panjangnya periode waktu yang diperlukan untuk mengembangkan sepuluh kesempurnaan ini menjelaskan mengapa seorang Buddha Tertinggi hanya muncul dalam kurun waktu yang sangat lama.

Karena itu, nasihat Sang Buddha kepada pengikut-Nya adalah bahwa untuk menemukan keselamatan, tidaklah perlu bagi setiap dan semua orang untuk menunggu sampai ia mencapai ke-Buddha-an. Keselamatan dapat tercapai dengan menjadi Pacceka Buddha (Buddha Diam) atau Arahat (Orang yang Tersempurnakan). Pacceka Buddha muncul di dunia ini pada masa di mana tidak ada Buddha Tertinggi. Mereka juga Tercerahkan. Walaupun tingkat kesempurnaan mereka tidak sama dengan Buddha Tertinggi, mereka mengalami kebahagian Nibbana yang sama. Tidak seperti Buddha Tertinggi, mereka tidak membabarkan ajaran. Mereka menjalani hidup sendirian.

Arahat juga dapat mengalami kebahagian Nibbana yang sama seperti yang dialami para Buddha. Tidak ada diskriminasi atau status dalam keadaan Nibbana. Satu-satunya perbedaan hanyalah bahwa para arahat tidak memiliki Pencerahan Tertinggi untuk dapat mengajarkan Pencerahan pada orang lain dengan cara yang sama seperti para Buddha. Arahat telah mengatasi semua nafsu dan kelemahan manusiawi lainnya. Mereka dapat menghargai Dhamma yang ditemukan dan diajarkan oleh Sang Buddha.

"Kiccho Buddhanam Uppado."
Jarang, munculnya para Buddha.
(Dhammapada 182)

Sumber : Sri Dhammananda

Tidak ada komentar: